Postingan Populer

Minggu, 07 Juni 2020

Lawang Sewu

Cerita Mini-Genre Horor


Aku mendengar derap langkah kaki menuju ambang pintu kayu itu. Mendengarnya, aku semakin merunduk di kotak persegi yang kutaksir bisa muat dua orang dewasa di dalamnya. Shit! Kotak kayu ini bener-bener bau. Hingga detik inipun aku tak mengerti kenapa aku bisa terdampar di sini, rumah tua yang aneh. Tak ada dinding, semua terbuat dari kayu dan bambu.

Penerangan pun tak ada. Sempat kulihat sebelum senja berganti malam, tepat di belakang rumah ini adalah hutan.

Langkah itu berhenti di depan pintu. Aku menahan napas, tiba-tiba aku merasa hawa dingin merambat di tubuhku.

Krakkk ...

Pintu kayu ini dibuka secara tiba-tiba. Aku terjatuh.
"Arghh!"pekikku. Kemudian aku mendongak, ingin melihat sosok yang sudah kurang ajar padaku.

Dia menyeringai.

Aku tercekat. Nampak sesosok pria bertubuh kurus dan begitu tinggi, dua kali lipat di atasku. Oh tidak! Giginya bertaring!

Sontak aku mundur, sehingga menabrak kayu itu.
"Aaaaahhh!" aku memekik, ketika sadar bahwa di sekelilingku banyak tulang-belulang dan darah. Pantas saja kotak ini bau. Aku merasa mual seketika.

Sebelum aku bisa mencerna apa yang terjadi, tanganku sudah ditarik paksa oleh pria bertaring itu. Aku di seret tanpa iba menuju tempat yang sama sekali asing bagiku. Tubuhku lecet-lecet dipenuhi luka. Aku sebenarnya ada dimana? Kenapa bisa begini?

Dengan sekali hentakan dia melemparku ke sebuah kolam kecil. Bangsat! Ini kolam darah! Benar-benar bau anyir. Jika saja rasa penasaranku tidak kuat, sudah dari tadi aku pingsan. Tidak, tidak, aku harus tau apa sebenarnya yang terjadi, batinku.

Pria itu mengacungkan tombak padaku. Dia akan membunuhku!

"Ahhhhg!" aku berteriak kencang, sesaat kulihat pria bertaring itu akan melesatkan tombaknya ke arahku.

Namun ...

"Ra ... bangun Ra. Kamu gak papa kan?" Sean menepuk-nepuk pipiku.

Aku membuka mata yang terasa amat berat. "Aku di mana?" tanyaku pada Sean. Kulihat di kiri kananku ada Zola, Cindy dan Bram yang tampak cemas.

"Kita masih ada di Lawang Sewu. Kamu pingsan setelah mengatakan bahwa kamu mendengar nyanyian sinden Jawa, tapi ya sudah. Kita harus cepat-cepat pergi dari sini," Sean memberikan penjelasan.

Aku ingat semuanya. Lalu ...
"Kemana Reno dan Tia?" aku bertanya pada Sean.

Sean tampak bingung untuk menjawab. Kutanyakan hal sama pada teman-teman yang lain. Mereka sama-sama membisu, wajah mereka tampak resah, atau mungkin takutkah?

Tiba-tiba Sean menangis sesenggukan. "Maafin aku Ra. Gak seharusnya aku iseng mengajak kalian kesini. Aku ... aku minta maaf. Udah membuat kalian ada dalam bahaya."

"Aku mengerti, tapi dimana Reno dan Tia?" aku mengulang pertanyaan yang sama.

Bram mengusap wajahnya gusar. "Engg ... mereka sudah ... sudah ... gak ada Ra," Bram akhirnya menjawab ragu-ragu. Kulihat Cindy dan Zola menangis.

Aku makin bingung. "Gak ada gimana maksudnya?"
Kugoncang tubuh Bram yang tak kunjung menjawab pertanyaanku, matanya terlihat sembab.

Sebelum aku dapat jawaban dari teman-teman ...

Bruk!

Kepala manusia  menggelinding di depan kami.

Tia! Kami berteriak histeris.

***

Jika kalian sedang ada di tempat mistis dan menemui berbagai masalah, apa yang akan kalian lakukan?

Komen di bawah yaaa ...

2 komentar:

Artikel ilmiah

Analisis Makna dari Gaya Bahasa (Majas) pada Cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku Lailatul Khomsiyah Tadris Bahasa Indonesia, IAIN Madura Ala...